Tragedi Ferry Tunu Pratama Jaya di Bali Masih Sisakan Duka dan Pencarian yang Panjang

Tragedi Ferry Tunu Pratama Jaya di Bali Masih Sisakan Duka dan Pencarian yang Panjang

1dtk.com - Malam di perairan Bali, yang biasanya jadi pemandangan indah buat para pelintas laut, berubah jadi kelam pada Rabu (malam). Ferry Tunu Pratama Jaya, yang membawa penumpang dan kendaraan dari Ketapang menuju Gilimanuk, tiba-tiba karam di tengah perjalanan. Data terbaru yang dirilis Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional Indonesia (Basarnas) bikin kita semua tercekat: enam orang sudah ditemukan meninggal, 30 berhasil selamat, sementara 29 lainnya masih hilang entah ke mana.

Wahyu Setia Budi dari kantor SAR Banyuwangi menjelaskan detail yang bikin bulu kuduk merinding. Ferry ini, jenis roll-on/roll-off, berangkat dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi tepat pukul 22:56 WIB. Di atasnya ada 53 penumpang, 12 awak kapal, dan 22 kendaraan yang ikut naik. Sayangnya, baru sekitar 40 menit berlayar, sekitar pukul 23:35 WIB, kapal itu tenggelam di jalur menuju Pelabuhan Gilimanuk di Bali.

Bayangin deh: suasana malam, gelap, dan dingin, lalu semua orang harus berjuang di tengah laut yang ganas. Ribut Eko Suyanto, Deputi Operasi Basarnas, bahkan bilang kalau pencarian pada Jumat pun nggak gampang sama sekali. Tim harus melawan angin kencang, jarak pandang hanya tiga kilometer, plus ombak yang tingginya bisa sampai 2,5 meter. Ribet banget.

Kini pencarian difokuskan di dua area penting: satu di jalur utara rute ferry Ketapang–Gilimanuk, dan satu lagi di perairan selatan Pulau Bali. Dengan kondisi laut yang sulit diprediksi, bisa dibilang kerja para penyelamat ini benar-benar taruhan nyawa. Salut banget buat mereka.

Presiden Prabowo Subianto nggak tinggal diam. Beliau langsung memerintahkan semua instansi terkait buat “go all out”, habis-habisan, dalam upaya penyelamatan ini. “Jangan sia-siakan upaya untuk menemukan orang hilang dan membantu korban selamat,” begitu kira-kira seruannya.

Buat kita yang di darat mungkin cuma bisa lihat berita lewat layar HP, gampang banget ngomongin angka-angka. Tapi di balik itu, ada puluhan orang yang sampai sekarang masih hilang, keluarga mereka nungguin dengan cemas di pinggir pantai atau rumah sakit. Ada juga relawan dan petugas yang kelelahan, namun nggak berhenti berusaha karena masih ada nyawa-nyawa yang mungkin bisa diselamatkan.

Kalau ngobrol soal keselamatan laut, kejadian ini juga jadi pengingat keras buat semua pihak. Gimana nggak, laut kita ini indah, iya. Tapi juga berbahaya kalau kita nggak siap. Banyak pihak mulai bertanya-tanya lagi: apakah kapal itu overload? Apakah alat keselamatan di kapal sudah lengkap? Apakah cuaca saat itu seharusnya memungkinkan buat berlayar? Semua pertanyaan itu butuh jawaban yang jujur, biar kejadian serupa nggak terulang.

Buat para pengusaha angkutan laut, semoga ini jadi pelajaran supaya lebih serius sama faktor keselamatan. Dan buat pemerintah, publik pasti bakal nunggu langkah-langkah konkret selain sekadar “penegasan” setelah bencana. Karena di setiap tragedi seperti ini, yang paling rugi ya rakyat kecil yang naik kapal buat cari nafkah atau mudik.

Kalau kita lihat dari sisi lain, bencana ini juga nunjukkin solidaritas yang luar biasa dari masyarakat dan tim SAR. Banyak relawan lokal ikut bantu cari korban, keluarga-keluarga penumpang saling dukung, dan bahkan nelayan di sekitar juga ikut nyemplung buat bantu pencarian. Itu bikin hati agak hangat di tengah suasana duka.

Bagi warga sipil, aparatur negara, atau para pelaku usaha yang biasa memanfaatkan jalur laut ini, penting banget untuk mulai aware sama kondisi pelayaran di musim-musim yang rawan. Jangan ragu buat tanya soal pelampung, titik evakuasi, atau prosedur darurat sebelum naik kapal. Kadang kita suka malas nanya, padahal itu bisa jadi penyelamat kita sendiri kalau sesuatu yang buruk terjadi.

Di ujung semua cerita ini, kita cuma bisa berharap angka korban nggak terus bertambah. Semoga yang hilang bisa cepat ditemukan, baik-baik saja kalau bisa. Dan semoga juga, dari tragedi ini, lahir perbaikan nyata dalam sistem pelayaran kita. Nggak cuma jadi headline sehari dua hari terus dilupakan, tapi benar-benar jadi momen refleksi.

Kalau boleh bilang dengan bahasa sedikit santai: laut itu bukan main-main, bro. Indah, iya. Tapi juga ganas kalau kita lengah. Buat semua pihak, jangan sampai kecolongan lagi. Nyawa orang bukan angka di laporan, itu keluarga, itu harapan.

Jadi, mari kita doakan mereka yang masih hilang bisa segera kembali. Dan buat kita yang membaca berita ini, semoga nggak cuma ikut prihatin, tapi juga jadi lebih waspada setiap kali melaut. Karena setiap tragedi, kalau nggak diambil pelajaran, ya cuma jadi cerita sedih yang terulang lagi.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال